Home News & Updates Merancang Sound System Portabel

News &Updates

Merancang Sound System Portabel

23 Januari 2018

Tips dari Todd Hartmann dari The Austin Stone.

Pastor Aaron Ivey dan band di gereja utama di Austin
Pastor Aaron Ivey dan band di gereja utama di Austin

The Austin Stone Community Church adalah salah satu gereja yang sangat paham mengenai konsep sebuah komunitas.  Didirikan oleh Chris Tomlin dan Matt Carter sejak 12 tahun yang lalu dengan hanya memanfaatkan ruang tamu di rumah Tomlin yang dikenal sebagai pemain bass, kini The Austin Stones Community Church telah memiliki empat cabang yang tersebar di wilayah Austin dengan jumlah jemaat mingguan mencapai 7.000 orang. Namun dengan jumlah jemaat sebanyak itu, The Austin Stones hanyalah memiliki 1 gedung gereja permanen, selebihnya hanyalah gereja “portable” yang memanfaatkan gedung olahraga di beberapa sekolah untuk menyelenggarakan kebaktian mereka.

Di keempat cabangnya itu, The Austin Stone menyelenggarakan sebanyak sembilan kali kebaktian setiap hari Minggu dan Todd Hartmann adalah orang yang bertanggung jawab mengkoordinir penataan sistem audio (sound system) dalam setiap ibadah mereka. Tentunya ini merupakan tugas yang tidak mudah untuk memenuhi standar penduduk kota Austin yang terkenal sangat familiar dengan musik dan audio yang berkualitas.  Artikel ini akan mengungkapkan bagaimana seorang Todd Hartmann mampu memenuhi kebutuhan sound system disetiap kebaktian The Austin Stone.

Sebuah Evolusi

Karena berdiri di sebuah kota yang memiliki gelar sebagai “Live Music Capital of the World” maka sejak awal ketika mulai menempati gedung permanen pertama mereka di Austin High, gereja ini sudah menggunakan jasa sebuah perusahaan produksi dari Dallas untuk menangani sistem audio, lighting dan hal-hal teknis lainnya. Memasuki tahun 2010, ketika The Austin Stone telah berkembang cukup pesat dengan membuka beberapa cabang di beberapa wilayah kota Austin, disinilah Todd Hartmann yang sudah dikenal sebagai sound engineering musik live berpengalaman ini mulai dilibatkan.

“Setiap minggu kami harus menyewa semua perlengkapan yang digunakan, dan jujur saja setiap minggu seperti bermain tebak-tebakan mengenai jenis-jenis peralatan seperti loudspeaker cabinet, subwoofer, amplifier dan processor seperti apakah yang akan kita dapatkan? Kemudian sayapun mulai menyadari bahwa kita sudah menghabiskan biaya terlalu banyak untuk sewa perlengkapan. Setiap hari Minggu kami harus menyelenggarakan minimal empat kali kebaktian untuk sekitar lima ribu jemaat. Saya percaya kalau biaya yang kami habiskan untuk sewa perlengkapan setiap tahunnya dapat digunakan untuk mendapatkan perlengkapan untuk keperluan tour yang komplit,” ungkap Hartmann.

Bagi kebanyakan teknisi audio atau sound system, menangani gereja ‘bongkar pasang’ dimana harus mengerjakan setting perlengkapan sound system yang lengkap untuk kemudian dibongkar lagi beberapa jam kemudian kelihatannya seperti pekerjaan yang mengintimidasi. Tapi untuk orang sekaliber Todd Hartman, ia hanya berkomentar bahwa,”semua itu merupakan transisi alami saja karena pada dasarnya saya sudah mengerjakan semua itu dulu di lokasi-lokasi pertunjukkan yang pernah saya tangani. Semuanya beroperasi dengan cara yang sama.”

Merancang Sistem

“Saya mulai merancang proyek ini dan mencoba meyakinkan para pimpinan bahwa membeli perlengkapan audio system sendiri adalah pilihan yang tepat. Kekurangannya tentu saja adalah dibutuhkanya modal investasi yang sangat besar. Selain itu, saya sudah merancang desain sistemnya, jadi saat dilapangan para personil hanya perlu memasang alat demi alat ditempatnya masing-masing.”

Namun demikian, meskipun Hartmann sudah terbiasa menghadapi kesulitan-kesulitan ketika menangani panggung konser, ada perbedaan yang kritikal ketika harus menyusun rancangan sound system portable. “Yang harus dipahami bahwa ini bukannya sound system siap pakai. Rak-rak harus diletakkan dengan jarak yang paling sesuai dari panggung, dan semua perlengkapan harus berada pada rak-rak yang terhubung. Bahkan untuk koneksi yang menghubungkan rak-rak tersebut haruslah menggunakan multi-pin dan mudah disambungkan satu sama lainnya untuk menghemat waktu.”

Diluar masalah panggung, masalah lainnya adalah transportasi. “Ketika merancang desain kotak perlengkapan anda harus mempertimbangkan ruang dan kapasitas truk pengangkut. Semuanya harus tersusun secara sempurna mengingat perlengkapan ini akan melalui perjalanan dalam boks truk berukuran 24 kaki setiap minggunya.” Beratnya juga harus menjadi bahan pertimbangan. “Berapa banyak personil yang akan dibutuhkan untuk memindahkan perlengkapan? Sementara tidak selalu ada kelebihan tenaga sukarela yang dapat membantu di bagian audio. Untuk itu kita harus merancang peralatan yang dapat dikerjakan hanya oleh dua orang. Dengan sistem terbaru kami, kami sudah dapat meminimalkan waktu pemasangan hanya satu setengah jam dan waktu pembongkaran hanya satu jam.”

Perlengkapan Dasar

“Meskipun diselenggarakan di gedung olahraga, kebaktian kami memberikan nuansa seperti di pertunjukan musik live. Jemaat dapat merasakan setiap hentakan pukulan drum atau floor tom. Tentu saja kami tidak mungkin menggunakan perlengkapan sound system standar gereja umumnya untuk menghasilkan suara sekelas konser musik.  Spesifikasi yang saya pilih sesuai dengan spesifikasi untuk sebuah pertunjukan berbayar.”

Meskipun ada sedikit perbedaan pada perlengkapan sound system yang digunakan disetiap cabang The Austin Stone, kira-kira apa saja perlengkapan dasar yang digunakan oleh Hartmann?

“Salah satu gereja kami yang terdahulu menggunakan sound system Meyer M’elodie sedangkan sisanya menggunakan d&b audiotechnik. Ke depan kami berniat menggunakan tingkat kualitas yang sama (d&b).  Kami mempertahankan format medium compact line-array dengan perlengkapan subwoofer yang memadai untuk menghasilkan suara 110 db yang solid dari headroom ke tempat duduk terjauh. Kami tidak memaksakan hingga ke titik dimana low dan mid-range mencapai breaking point, namun tetap mampu menghasilkan SPL.  Rata-rata sekitar 98 desibel, sama persis seperti yang akan anda alami ketika menghadiri konferensi Passion atau Hillsong. Kami ingin menciptakan pengalaman beribadah menyelubungi jemaat dengan menciptakan suasana yang khusyuk dimana semua jemaat tidak akan peduli atau terganggu meskipun mereka bernyanyi tak sesuai dengan kunci nada.”

Untuk perlengkapan mikrofon yang digunakan menurut Todd Hartmann antara lain :

(1) Shure Beta 91
(1) Shure Beta 52
(6) Shure SM57
(6) Shure Beta 58
(5) Shure SM81 or KSM137
(2) Shure KSM32
(3) Heil PR31
(1) Heil PR30
(1) Palmer PDI-9
(6) Countryman Type 85 Active DI

Masalah Frekuensi

Masalah frekuensi akan menjadi tantangan tersendiri bagi Hartmann mengingat di Austin terdapat beberapa venue untuk pertunjukkan musik live. Namun ternyata, meskipun The Austin Stone menggunakan wireless in-ears 8 channel dan wireless belt-pack 2 channel untuk pastur,  lingkungan di lokasi-lokasi gereja mereka tidak memberikan gangguan frekuensi yang berarti.

“Tidak terlalu banyak trafik wireless di lingkungan sekitar. Semua peralatan kami beroperasi pada (470 – 530) G1 band. Sekolah-sekolah yang kami gunakan terletak di area pemukiman, sehingga frekuensi kami jarang bertabrakan dan harus melakukan re-scan. Keculai ketika kami harus tampil disebuah venue di tengah kota biasanya kami harus melakuak re-scan semua peralatan kami. Kamipun harus mengeluarkan Wireless Workbench untuk melihat trafik yang ada disitu. Tapi kebanyakan, kalau hanya di lokasi gereja kami frekuensinya bersih.”

Tantangan Akustik

Bagaimana dengan kualitas akustik gedung? Menurut Todd, “kebanyakan tidak memenuhi persyaratan akustik. Bayangkan saja sebuah gedung olahraga dengan dinding bata seluas 150 x 100 kaki.” Lantas bagaimana ia mampu menghasilkan kualitas suara seperti konser musik live? Sedangkan The Austin Stone tidak menggunakan perlakuan akustik baik permanen maupun portabel.

“Pertama-tama adalah bagaimana menemukan loudspeaker dengan direktivitas yang bagus. Yaitu kemampuan loudspeaker dimana ia baru menunjukkan gejala drop-off sesuai dengan informasi yang diberikan oleh pabrik bahwa akan terjadi drop-off. Jadi jika menggunakan boks horisontal 75 derajat, haruslah boks yang digunakan untuk high end. Pada mid-range ia masih mampu menjangkau hingga 180 derajat ke seluruh ruangan. Untuk itu harus tersedia system tuning. Boks d&b mampu mempertahankan direktivitas konstan turun hingga 400 Hz. Meminimalisir jumlah energi yang terpancar ke arah dinding ruangan sehingga menciptakan ruangan dengan suara yang lebih bersih.”

Merekrut Teknisi Profesional

Yang cukup mengejutkan, selain menggunakan tenaga sukarela untuk bongkar pasang perlengkapan portabel mereka, ternyata The Austin Stone juga mempekerjakan beberapa teknisi kejuruan. “Saya menggunakan sukarelawan untuk membongkar serta memasanga perlengkapan, namun tidak untuk menjalankan sistem. Sound engineering merupakan tenaga profesional. Jika anda mampu mengerjakan tingkatan itu maka anda harus mendapatkan kompensasi untuk itu. Dan ini sudah menjadi pendekatan kami sejak masa-masa Chris Tomlin.”

Saran Untuk Pengelola Gereja

Pengalaman panjang Todd Hartmann di dunia sound engineering serta empat tahun merancang dan mengelola sound system untuk ekspansi gereja The Austin Stone, berikut beberapa saran yang ia sampaikan bagi jemaat-jemaat gereja yang ingin membangun sistem audio standar yang mampu ‘mengguncang’ seperti yang digunakan oleh The Austin Stone.

Pertama-tama pastikan dulu bagaimana kultur ibadah di tempat anda. Apakah gereja anda membutuhkan nuansa rock ‘n roll yang megah? Jika tidak, maka anda tidak perlu memikirkan banyak hal.

“Saya selalu menyarankan orang untuk mencari loudspeaker dengan direktivitas yang bagus dan arahkan boks speaker ke arah hadirin bukan ke dinding. Jika loudspeaker harus diangkat, maka lakukanlah dengan menggunakan pipa dan gantung membelakangi dinding. Semua upaya ini akan mempengaruhi hasil akhir dan kualitas suara dalam ruangan.”

“Jika di kota anda ada perusahaan sound system profesional yang biasa menangani tur konser musik, diskusikanlah dengan mereka. Anda akan mendapatkan masukan yang tepat dari seseorang yang bekerja di industri musik dan biasa bergelut dengan perlengkapan-perlengkapan portabel. Mereka juga mampu memberikan masukkan yang tepat mengenai perlengkapan yang sesuai dengan ruangan yang anda miliki dan bagaimana merancang perlengkapan yang memungkinkan para relawan ikut ambil bagian dalam mengoperasikannya setiap minggu.”

“Jika anda menemukan orang yang tepat, bukan tidak mungkin anda akan mempertimbangkan untuk merekrutnya secara freelance.”

Todd Hartmann dan kru
Todd Hartmann (ketiga dari kiri) bersama kru di Austin's Frank Ewin Center pada Ibadah Paskah 2012


TODD HARTMAN adalah Audio Engineering Coordinator di The Austin Stone, A1 System Engineer di Big House Sound di kota Austin dan juga kontributor untuk ProSoundWeb serta pembicara di SXSW.

 

Related News