13 April 2018
Image courtesy of nicksdrumlessons.com
Simon Philips adalah seorang drummer jazz, pop dan rock asal Inggris. Selain itu ia juga dikenal piawai sebagai musisi, komposer, teknisi, artis, produser dan seorang audiophile. Darah musik pria ini mengalir dari keluarganya. Memiliki seorang ibu yang berprofesi sebagai tape archivist dan sejak berusia 13 tahun ia sudah sering tampil bersama kelompok band ayahnya yang beraliran jazz di BBC Radio secara mingguan.
Berikut ini adalah wawancara Davida Rochman dengan Simon Phillips untuk mengungkapkan bagaimana sang drummer mampu menghasilkan suara drumnya Protocol Ilhad yang khas dan terkenal hingga terpilih sebagai nomor 1 untuk kategori Jazz Instrumental pada pergelaran 14th Annual Independent Music Awards. Wawancara berlangsung disela-sela kegiatan Phillips yangs edang mempersiapkan sebuah session di studionya Phantom Recordings yang terletak di Sherman Oaks, California.
Berikut petikan wawancaranya.
Rochman : Bolehkah ceritakan sedikit apa membuat anda tertarik dengan jazz fusion?
Phillips : Tentu saja. Saya bertumbuh dalam sebuah keluarga jazz. Ayah saya memulai band pertamanya pada tahun 1925 dan sudah mengadakan tour sekitar tahun 1920 dan 1930an dengan membawakan Dixieland Jazz. Saya bertumbuh di era Benny Goodman, Artie Shaw dimana hal-hal yang berhubungan dengan musik jazz sangat spesial. Dari sanalah kesukaan saya terhadap musik jazz berawal.
Beranjak dewasa, saya mulai masuk ke hal-hal yang lebih agresif. Misalnya ketika Don Ellis, pemain terompet jazz, mulai melakukan gebrakan dengan aransemen-aransemen yang sangat modern, irama musik Indian dan nada-nada kuartet. Saat itu saya sedang tertarik dengan hal-hal yang berbau musik rock dan sibuk mengikuti berbagai session. Sayapun mulai mendengarkan jenis-jenis musik berorientasi jazz dengan warna suara rock. Pertama kali saya mendengar Mahavishnu Orchestra dan Return to Forever, saya pikir ini dia. Yang saya dengar saat itu adalah jazz fusion, namun belakangan sering disebut jazz rock.
Rochman : Anda pernah rekaman dan melakukan tour bersama Judas Priest, Toto, Mick Jagger, Pete Townsend, Al DiMeola dan masih banyak lagi termasuk saat ini anda memiliki band jazz fusion sendiri yaitu Protocol. Dari semua perbedaan-perbedaan besar yang anda alami, bagaimana anda menggambarkan gaya bermain drum anda? Apakah ada suara drum yang menjadi ciri khas seorang Simon Phillips?
Phillips : Saya sudah bekerja di bidang ini cukup lama dan suara yang hasilkan sangat berbeda. Dulu si tahun 1980an saya sering menerima tatapan kosong dari teknisi recording karena suara drum saya berbeda dengan drum kit lain yang pernah mereka rekam. Kami menyiapkan semua perlengkapan drum, mereka mulai merekam dan saya akan memainkan drumnya sebentar. Begitu saya melepaskan headphone dan menuju ke ruang control untuk bertanya bagaimana pendapat mereka mengenai permainan saya, jawabnya , “Ini bukan suara yang seharusnya.”
Rochman : Apa yang salah menurut mereka?
Phillips : Di tahun 1080an mereka sudah sangat terbiasa menggunakan mesin drum dan akhirnya mereka lupa bagaimana suara drum asli yang sesungguhnya. Alat-alat musik saat itu direkam secara terpisah, tidak dilakukan secara live, membuat mereka menjadi salah kaprah. Seandainya ken Scott atau Geoff Emerick atau siapapun yang pernah rekaman di tahun 1970an adalah teknisinya, pasti tidak akan ada masalah.
Rochman : Lalu bagaimana meyakinkan mereka?
Phillips : Mereka harus mendengarkan suara drum kit secara benar. Itulah titik permasalahannya. Tidak seorangpun dapat melakukan mixing hanya dengan mendengar suara drum saja. Mixing harus dilakukan secara bersama-sema semuanya baik vokal, keyboard dan lain-lain. Disitulah maka suara akan terdengar bagus.
Mereka sudah terbiasa dengan ambien yang kurang, kurang organik dan suara yang kurang dinamis. Sementara suara yang saya hasilkan sangat live, sangat organik dan sangat simbiosis dengan cara yang tepat untuk apapun yang saya mainkan.
Rochman : Baiklah, sekarang ceritakan tentang teknik miking drum kit anda dan bagaimana menghasilkan suara khas Simon Phillips.
Phillips : Di studio saya menggunakan SM57 untuk snare drum dan BETA52 untuk kick drum. Saya lebih suka untuk tidak menggunakan mic kondenser di dalam kick drum karena terdengar sedikit distorsi, kecuali untuk bass drum dengan head on di depan. Jika tersedia, menggunakan Neumann U47 di front head atau agak jauh dari plat depan kick drum yang terbuka akan sangat baik. Saya biasa menggunakan mic kondenser yang bervariasi di bagian depan, seperti KSM44A, SM27 atau Røde NT2000. Kalau untuk studio biasanya saya mengambil keputusan berdasarkan apa yang tersedia di studio tersebut. Namun umumnya untuk suara utama kick drum menggunakan BETA 52A
Rochman : Bagaimana dengan tom?
Phillips : Saya menggunakan SM27. Ini kembali lagi ke masa-masa masib melakukan rekaman di Trident Studios di London. Kebanyakan studio, khususnya Trident menggunakan mic side-addresses seperti Neuman U67 atau AKG414.
Rochman : Kenapa mic side-addresses?
Phillips : Mikrofon side-addresses menghasilkan coloration yang kecil karena kapsulnya terbuka di bagian depan dan belakang. Jadi meskipun menggunakan pola cardioid, tidak terlalu rentan terhadap timbulnya coloration yang disebabkan oleh casing dimana mic diletakkan.
Masalah terbesar pada drum kit adalah banyaknya mic yang dibutuhkan, yang dapat membuat anda kesulitan. Dalam skenario tertentu saya hanya akan menggunakan 4 atau 5 mic untuk keseluruhan kit, seperti Glyn John atau Alan Parson. Tergantung bagaimana suara yang ingin anda hasilkan. Namun untuk skenario multi-mic saya lebih memilih SM27 untuk tom.
Rochman : Apakah ada mikrofon Shure yang menjadi favorit anda?
Phillips : Tentu saja SM57! Satu-satunya mikrofon yang bekerja dengan indah yang bisa anda temukan dimuka bumi ini. Misalkan saya hanya boleh memilih 1 jenis mic saja, maka saya dapat menyelesaikan semua permasalahan miking yang buruk dengan menggunakan SM57.
Rochman : Bagaimana pendekatan anda dalam hal bereksperimen dan penempatan mic? Apakah anda punya teknik khusus?
Phillips : Saya yakin bahwa apapun yang saya lakukan pasti sudah pernah dilakukan sebelumnya. Selama 44 tahu bekerja di studio, saya sudah menyaksikan banyak cara penempatan mic yang aneh. Menurut saya ada yang bekerja dengan baik namun ada juga yang tidak.
Saya pernah melakukan eksperimen secara tidak sengaja tahun lalu ketika American Airlines sempat menghilangkan semua mikrofon saya. Saya harus menyelesaikan pertunjukan di London tanpa satupun koleksi mikrofon milik saya. Jadi saya pergi ke salah satu studio yang memiliki koleksi mikrofon dan berakhir dengan saya menggunakan berbagai kombinasi mic untuk tom : tiga buah U87, sepasang U67 dan sepasang AKG414. Ini adalah mikrofon-mikrofon yang bagus, namun ketika anda menggabungkan mereka bersama-sama, anda akan terlibat masalah karena pola wide pick-up yang mereka miliki. Mikrofon-mikrofon ini dibuat untuk suara drum yang tidak fokus. Hari berikutnya ketika SM27 saya akhirnya datang, saya langsung ke studio dan mengganti semua mic dengan SM27, dan terjadilah sebuah perbedaan yang mencengangkan. Yang perlu kita ubah saat itu hanyalah penyesuaian gain mikrofon untuk masing-masing channel tom.
Rochman : Apakah ada saran, teknik atau tips untuk para drummer yang ingin memulai pendekatan mereka sendiri dalam melakukan miking di studio?
Phillips : Biarkan teknisi mic dan drum kit yang mengerjakan pekerjaan mereka. Tapi jika diminta, silahkan tawarkan saran bermanfaat jika ada terasa kurang tepat. Saya sudah menjadi teknisi sound lebih dari 30 tahun dan sebagai musisi lebih lama dari itu, namun ketika saya harus mengikuti sebuah session dan tampaknya mereka sudah mengerti bagaimana suara drum saya atau kadang memiliki rekaman hasil kerja dan mixing saya, namun jika saat itu saya hanya sebagai pemain drum maka saya akan menunjukkan respek saya atas apa yang mereka kerjakan.
Rochman : Jika seseorang ingin memberikan label pada diri anda, apa yang paling tepat?
Phillips : Yang pertama drummer, yang kedua sepertinya audiophile lebih cocok. Ini adalah profesi saya, namun sekaligus juga hobi dan passion saya. Seandainya uang tidak jadi masalah, saya akan memiliki sebuah ruangan yang penuh dengan perlengkapan audiophile. Saya akan memiliki mono block amplifier dan kabel speaker yang lebih besar dibanding lengan saya. Saya juga akan memiliki sebuah DSD recording syste (seperti Sonoma) untuk melengkapi PoTools rig yang sudah saya percaya selama ini lengkap dengan all-singing dan all-dancing ADC/DAC. Dan mungkin saya juga akan memiliki beberapa mesin alaog dalam bentuk tip-top maintenance karena fitur yang ditawarkan alat ini sangat banyak.
Saya suka mendengarkan rekaman yang bagus. Saya seorang audio junkie dan akan selalu seperti ini. Inti pokokonya adalah, saya tidak pernah berhenti belajar dan itulah yang paling saya sukai dengan profesi saya.
Davida Rochman adalah partner Shure sejak tahun 1979. Lulusan sarjana Speech Communications dan tidak pernah membayangkan bahwa pekerjaan pasca-kuliah pertamanya akan me jadi karir seumur hidunya yang membuat ia lebih banyak memasarkan mikrofon ketimbang berpidato menggunakannya. Saat ini Davida adalah seorang Manajer Komunikasi, yang menggunakan keahliannya untuk berbagai kegiatan mulai dari hubungan masyarakat dan media sosial untuk pengembangan konten dan sponsor.